SUNGGUH berat tugas seorang ulama agar dapat mengajak umat kepada kebaikan dan surganya Allah Subhanahu wa Taala (SWT). Para ulama merupakan pewaris para nabi, bahkan ulama umat ini punya tugas seperti yang dilakukan nabi-nabi Bani Israil.
Yakni, sebagai pembawa amanat agar orang-orang menuju Allah Taala, sekaligus menjadi penyambung lidah Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wasallam. Bukan penyambung lidahnya para sponsor atau elit tertentu.
Seorang alim ketika berkumpul dengan orang awam maka yang akan dibicarajan itu ilmunya Rasulullah SAW, bahas ibadah, pahala, ataupun hal baik lain dengan bahasa yang mudah dicerna. Bukan membicarakan politik, atau hal lain yang menjauhkan kepada Allah Taala.
“Dalam sebuah syair dikatakan, orang kalau dengan melihat tidak memetik manfaat, jangan harap kata-katanya akan bermanfaat.,” kata Habib Jindan Bin Novel Bin Jindan dalam suatu pengajian di Al Fachriyah, Tangerang.
Memandang orang yang alim akan memberikan manfaat, bahkan sudah terlihat dan menyiatkan akhal yang mulia. Hal ini juga telah tergambar sebagaimana, kisah Nabi Yusuf, atau juga kisah Abdullah Bin Salam Radiyallahu Anhu, salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW.
Abdulllah Bin Salam RA ketika pertama kami memandang wajah Rasulullah SAW langsung menyatakan dan yakin bahwa nabi bukanlah wajah seorang pendusta.
Wajah Nabi SAW bukan wajah pencaci, bukan juga pengadu domba. Sungguh beruntung orang-orang yang melihat wajahnya.
Begitu juga orang-orang yang melihat wajah para sahabat Rodiyallahu Anhum, melihat para tabi’in, dan seterusnya. Begitu juga kita yang berkesempatan melihat wajah para ulama, para wali yang kalau dipandang mengingatkan kepada Allah Taala.
Tapi, kita juga perlu berhati-hati lantaran ada orang yang kalau dipandang mengingatkan kepada dunia, pada partai politik, pada hal-hal yang menjaukan kita pada Nabi Muhammad SAW.
Pandanglah guru-guru yang mengingatkan kita kepada Nabi Shollalllahu Alaihi Wasallam, ingat kaum sholihin, ingat akhirat, atau ingat kalimat Lailahaillah.
“Dekat dengan mereka akan membawa hati merasa khusuk, bulu kuduk merinding, cahaya hatinya seakan memancar di wajahnya. Alhamdulillah, kita dikenalkan Allah Taala, kepada para sholihin, para hahabib, Habib Muhammad bin Abdullah Al Haddar, sayyid Muhammad Bin alwi Al Maliki, dan lainnya,” kata Habib Jindan.
Mereka para wali-wali Allah tersebut, tak pernah meninggalkan sholat jamaah, tak pernah luput qiyamullail, tak pernah kelihatan berbuat yang makruh.
Yang paling penting juga, jalan menuju Allah Taala itu sebanyak tarikan nafas manusia. Lewat mana saja boleh, tidak ada yg mewajibkan harus lewat mana.
Kita tidak tahu matinya nanti masuk surga atau tidak. Kita tidak tahu mati husnul khotima ata suul khotimah. “Husnudzon boleh, tapi jangan dekat-dekat ulama yang tidak mengingatkan kita pada Allah Taala,” nasihat Habib Jindan.
Wallahu A’lam